Pendidikan,
Teori-Teori Belajar
Discovery dan Inquiry-Based Learning
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Syaiful Sagala, 2005 dalam Indrawati dan Wawan Setiawan, 2009).
Discovery Learning
Pembelajaran penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang aktif juga bebas
dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Pada belajar
penemuan, siswa akan dituntut aktif untuk berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya, merumuskan permasalahan serta hipotesis, menggali efidensi
berdasarkan sumber kredibel, hingga mencapai suatu titik dimana siswa menemukan
suatu konsep dalam bidang keilmuan tertentu yang akan diinternalisasi secara
tersirat per individu siswa (Brown, 2006).
Pada pembelajaran penemuan, peran guru adalah sebagai
fasilitator dimana guru mengemukakan sejumlah fenomena terkait hal-hal
eksperimental, lalu siswa akan merekonstruksi pertanyaan serta membangun
eksperimennya. Pada akhirnya pembelajaran penemuan diarahkan agar siswa mampu
menangkal sejumlah asumsi keliru dan kemudian menerima asumsi-asumsi lainnya
yang didapatkan berdasarkan eksperimen. Satu hal yang menjadi perhatian pada
belajar penemuan ialah seringkali siswa keliru merumuskan konsep yang saling
tumpeng-tindih pada suatu eksperimen. Oleh karena itu, peran guru pada akhirnya
akan meng-general-kan konsep yang
dirumuskan siswa (Hammer, 2009).
Adapun sintaks pembelajaran penemuan yakni:
Stimulasi
|
Pertama-tama pada tahap ini
pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Guru juga dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
|
Problem statement
|
Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran berdasarkan hasil stimulasi, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah.
|
Data collection
|
Ketika eksplorasi berlangsung,
guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis. Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
|
Data processing
|
Pengolahan data merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil
bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
|
Verification
|
Tahap ini memberikan kesempatan
siswa untuk melakukan pemeriksaan secara cermat dalam membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing.
|
Generalization
|
Tahap ini adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi
|
Berdasarkan
uraian sintaks di atas maka penulis memilih bahwa teori belajar konstruktivisme
menjadi dasar bagi belajar penemuan. Hal ini terkhusus pada teori yang
dikemukakan Piaget tentang akomodasi dan asimilasi ilmu yang didapatkan secara
mandiri. Kerja kelompok yang dilakukan pada belajar penemuan bukanlah menjadi
fokus utama yang akan dicapai, melainkan hal tersebut menjadi trigger agar siswa ingin belajar.
Sebaliknya, kesimpulan yang didapatkan siswa berdasarkan eksperimen merupakan
suatu konsep yang dibangun perseorangan siswa yang pada akhirnya akan
digeneralkan.
Teori
behaviorisme oleh Ivan Pavlov juga dinilai relevan terhadap model discovery. Hal ini dikarenakan dalam
model penemuan, menuntut guru untuk mengondisikan suatu masalah sehingga timbul
hasrat siswa untuk menjawab reflex tersebut. Hal ini dikenal sebagai “teori
reflex yang dikondisikan”. Secara tegas hal ini dikemukakan pada poin stimulus
pada sintaks model ini.
Inquiry-Based
Learning
Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing
siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau
memecahkan masalah terhadap pertanyaan yang dirumuskan. Dalam model
pembelajaran inkuiri siswa terlibat secara mental dan fisik untuk memecahkan
suatu permasalahan yang diberikan guru.
Inkuiri adalah model pembelajaran yang dirancang untuk
membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta.
Model inkuiri menekankan pada proses mencari dan menemukan, peran siswa dalam
model ini adalah mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah dalam suatu
materi pelajaran sedangkan guru sebagai moderator dalam pembelajaran (Kardi,
2003).
Pembelajaran model inkuiri hampir mirip dengan belajar
penemuan. Hal ini dikarenakan belajar inkuiri pada dasarnya merupakan perluasan
dari istilah belajar penemuan. Hal yang menjadi titik pembeda adalah peran guru
serta tingkat kesukaran rumusan masalah yang harus dihadapi siswa. Pada model
inkuiri, guru bertindak hanya sebagai moderator serta masalah yang dikemukakan
bersifat lebih general atau telah ada dan dekat dengan kehidupan nyata (belajar
penemuan menekankan masalah yang baru). Siswa dituntut untuk berkolaborasi
dikarenakan masalah yang dikemukakan haruslah diolah secara kritis sehingga
siswa menemukan suatu konsep baru dan juga mengomunikasikan hasil temuannya
serta membuat prediksi-prediksi futuristic pada masalah tersebut atau lainnya
yang saling terkait (Bell, dkk., 2010).
Adapun sintaks inkuiri menurut Parta (2017) yaitu:
Pendahuluan
|
Apersepsi/review
Meminta pebelajar duduk menurut
kelompoknya
Membagikan LKM
Menyampaikan
indikator
|
Penyajian informasi dan inkuiri
|
Menyajikan informasi
Meminta pebelajar
mengerjakan Inkuiri
|
Bertanya
|
Meminta pebelajar membuat pertanyaan
tertulis disertai argumen
Pengajuan pertanyaan secara klasikal
Meminta pebelajar
ngungkapkan pertanyaan secara verbal
|
Diskusi
|
Diskusi kelompok
Sharing jawaban
|
Pemantapan
|
Mengerjakan latihan pemantapan secara berkelompok
|
Penutup
|
Menyampaikan tugas
Menyampaikan rencana pertemuan berikutnya
|
Berdasarkan
pemaparan di atas maka penulis merumuskan bahwa teori belajar Skinner dimana
dia mengemukakan
pendapatnya bahwa lingkungan (orang tua, guru, dan teman sebaya) memberikan
reaksi terhadap prilaku kita baik dengan cara menguatkan atau menghapus prilaku
tersebut. Lingkungan mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar dalam belajar dan
prilaku kita. Lingkungan memegang peranan kunci untuk memahami prilaku. Hal ini
didasarkan pada asumsi bahwa belajar inkuiri menekankan pada kolaborasi
kelompok belajar.
Secara tidak langsung teori konstruktivisme sosial
oleh Vygotski juga berlaku dikarenakan dalam pernyataannya bahwa interaksi
manusia dengan lingkungannya lah yang menghasilkan suatu konstruksi keilmuan
baru. Pada teori kognitif oleh Bruner juga dikatakan hal demikian, sehingga
menurut penulis hal ini menjadi dasar dalam model inkuiri.
0 comments: