Pendidikan,

April 01, 2020 Khairil Asnan Haedar 0 Comments

Teori-Teori Belajar

Discovery dan Inquiry-Based Learning

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Syaiful Sagala, 2005 dalam Indrawati dan Wawan Setiawan, 2009).

Discovery Learning

Pembelajaran penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang aktif juga bebas dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Pada belajar penemuan, siswa akan dituntut aktif untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, merumuskan permasalahan serta hipotesis, menggali efidensi berdasarkan sumber kredibel, hingga mencapai suatu titik dimana siswa menemukan suatu konsep dalam bidang keilmuan tertentu yang akan diinternalisasi secara tersirat per individu siswa (Brown, 2006).
Pada pembelajaran penemuan, peran guru adalah sebagai fasilitator dimana guru mengemukakan sejumlah fenomena terkait hal-hal eksperimental, lalu siswa akan merekonstruksi pertanyaan serta membangun eksperimennya. Pada akhirnya pembelajaran penemuan diarahkan agar siswa mampu menangkal sejumlah asumsi keliru dan kemudian menerima asumsi-asumsi lainnya yang didapatkan berdasarkan eksperimen. Satu hal yang menjadi perhatian pada belajar penemuan ialah seringkali siswa keliru merumuskan konsep yang saling tumpeng-tindih pada suatu eksperimen. Oleh karena itu, peran guru pada akhirnya akan meng-general-kan konsep yang dirumuskan siswa (Hammer, 2009).
Adapun sintaks pembelajaran penemuan yakni:
       Stimulasi
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru juga dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
       Problem statement
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran berdasarkan hasil stimulasi, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah.
      Data collection
Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya  hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
       Data processing
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu

       Verification
Tahap ini memberikan kesempatan siswa untuk melakukan pemeriksaan secara cermat dalam membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.
       Generalization
Tahap ini adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi

Berdasarkan uraian sintaks di atas maka penulis memilih bahwa teori belajar konstruktivisme menjadi dasar bagi belajar penemuan. Hal ini terkhusus pada teori yang dikemukakan Piaget tentang akomodasi dan asimilasi ilmu yang didapatkan secara mandiri. Kerja kelompok yang dilakukan pada belajar penemuan bukanlah menjadi fokus utama yang akan dicapai, melainkan hal tersebut menjadi trigger agar siswa ingin belajar. Sebaliknya, kesimpulan yang didapatkan siswa berdasarkan eksperimen merupakan suatu konsep yang dibangun perseorangan siswa yang pada akhirnya akan digeneralkan.
Teori behaviorisme oleh Ivan Pavlov juga dinilai relevan terhadap model discovery. Hal ini dikarenakan dalam model penemuan, menuntut guru untuk mengondisikan suatu masalah sehingga timbul hasrat siswa untuk menjawab reflex tersebut. Hal ini dikenal sebagai “teori reflex yang dikondisikan”. Secara tegas hal ini dikemukakan pada poin stimulus pada sintaks model ini.

      Inquiry-Based Learning
Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan yang dirumuskan. Dalam model pembelajaran inkuiri siswa terlibat secara mental dan fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.
Inkuiri adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta. Model inkuiri menekankan pada proses mencari dan menemukan, peran siswa dalam model ini adalah mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah dalam suatu materi pelajaran sedangkan guru sebagai moderator dalam pembelajaran (Kardi, 2003).
Pembelajaran model inkuiri hampir mirip dengan belajar penemuan. Hal ini dikarenakan belajar inkuiri pada dasarnya merupakan perluasan dari istilah belajar penemuan. Hal yang menjadi titik pembeda adalah peran guru serta tingkat kesukaran rumusan masalah yang harus dihadapi siswa. Pada model inkuiri, guru bertindak hanya sebagai moderator serta masalah yang dikemukakan bersifat lebih general atau telah ada dan dekat dengan kehidupan nyata (belajar penemuan menekankan masalah yang baru). Siswa dituntut untuk berkolaborasi dikarenakan masalah yang dikemukakan haruslah diolah secara kritis sehingga siswa menemukan suatu konsep baru dan juga mengomunikasikan hasil temuannya serta membuat prediksi-prediksi futuristic pada masalah tersebut atau lainnya yang saling terkait (Bell, dkk., 2010).
Adapun sintaks inkuiri menurut Parta (2017) yaitu:
       Pendahuluan
        Apersepsi/review 
      Meminta pebelajar duduk menurut kelompoknya
      Membagikan LKM 
      Menyampaikan indikator
       Penyajian informasi dan inkuiri
        Menyajikan informasi
      Meminta pebelajar mengerjakan Inkuiri
      Bertanya
   Meminta pebelajar membuat pertanyaan tertulis disertai argumen
      Pengajuan pertanyaan secara klasikal
     Meminta pebelajar ngungkapkan pertanyaan secara verbal
       Diskusi
Diskusi kelompok

Sharing jawaban

       Pemantapan
Mengerjakan latihan pemantapan secara berkelompok
       Penutup
Menyampaikan tugas

Menyampaikan rencana pertemuan berikutnya

Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis merumuskan bahwa teori belajar Skinner dimana dia mengemukakan pendapatnya bahwa lingkungan (orang tua, guru, dan teman sebaya) memberikan reaksi terhadap prilaku kita baik dengan cara menguatkan atau menghapus prilaku tersebut. Lingkungan mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar dalam belajar dan prilaku kita. Lingkungan memegang peranan kunci untuk memahami prilaku. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa belajar inkuiri menekankan pada kolaborasi kelompok belajar. 
Secara tidak langsung teori konstruktivisme sosial oleh Vygotski juga berlaku dikarenakan dalam pernyataannya bahwa interaksi manusia dengan lingkungannya lah yang menghasilkan suatu konstruksi keilmuan baru. Pada teori kognitif oleh Bruner juga dikatakan hal demikian, sehingga menurut penulis hal ini menjadi dasar dalam model inkuiri.

0 comments: